Sejarah
Dahulu Kelurahan Mabar Hilir adalah bahagian dari Kelurahan Mabar setelah mengalami pemekaran pada tahun 1996 menjadi kelurahan Mabar Hilir dan menjadi bahagian dari enam kelurahan di kecamatan Medan Deli.
Keluarhan Mabar Hilir terdiri dari 12 lingkungan di mana di sebelah barat dibatasi oleh jalan tol , disebelah timur berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang sementara di sebelah utara terdapat Kawasan industri Medan ( KIM ) dan disebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Tanjung Mulia.
Di kelurahan Mabar hilir tepatnya di lngkungan V terdapat sebuah Masjid yang sangat magah dan berdiri kokoh dengan ornamen dan warna corak melayu seperti masjid-masjid pada umumnya yang ada di Medan Deli, warna kuning dan hijau sangat kental dan mencolok dengan kubah induk yang besar serta dilengkapai dengan kubah kecil di empat sudut masjid dan di sebelah sisi timur terdapat menara yang tinggi dengan desain modern. Masjid itu diberi nama masjid Al-Istiqomah Mabar Hilir yang dahuu disebut masyarakat dengan nama masjid Kampung.
Sejarah berdirinya Masjid Al-Istiqomah di awali dari sebuah surau / langgar.
Pada tahun 1950 Bapak Kasan Wagino mewakafkan sebidang tanah untuk digunakan sebagai tempat sholat berjamaah dan mengaji bagi masyarakat disekitar daerah itu ( surau ).
Bapak Wagino adalah orang tua dari Bp Muhammad Natsir yang kelak menjadi Nazir di Masjid Al-istiqomah dan salah seorang yang dituakan dan tokoh agama di Kelurahan Mabar Hilir.
Disamping itu Bapak Wagino juga menghibahkan sebidang tanah dan mendirikan rumah untuk tempat tinggal guru mengaji dan imam di surau yakni Tuan guru Abu Bakar Siagian yang berasal dari Tanjung Balai.
Pada saat itu surau tersebut terbuat dari atap nipah / rumbia dan berdinding tepas serta berlantai papan, disamping surau terdapat kolan untuk tempat berwuduk.
Disamping sebagai tempat sholat berjamaah. Pada malam hari selepas sholat magrib surau itu juga dimamfaatkan masyarakat untuk tempat mengaji bagi anak-anak dan remaja dengan tuan guru Abu Bakar Siagian.
Salah satu murid dari Tuan guru Abu Bakar Siagian adalah Muhammad Natsir ( ketika buku ini ditulis beliau sudah meninggal ), dia bersama teman-temannya selalu mengaji dan tidur disurau serta ikut merawat dan menjaga tempat ibadah tersebut.
Pada tahun 1970 warga sekitar bergotongroyong merenovasi surau atau langgar untuk dijadikan Masjid walapun kubahnya saat itu belum ada karena keterbatasan dana dan atas usul Bapak Muhammad Natsir masjid tersebut diberi nama “ MASJID AL-ISTIQOMAH “ yang dimaknai sikap konsisten , teguh pendirian tidak berubah dalam mengerjakan sesuatu yakni usaha untuk menjaga perbuatan baik, seperti ibadah diantaranya memakmurkan masjid melalui sholat wajib berjamaah dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Pada Tahun 1980 pemerintah mulai membangun jalan Tol Belawan – Medan – Tanjung Morawa sebagai akses jalan menuju Pelabuhan Belawan , dimana pelabuhan Belawan itu sendiri adalah pelabuhan internasional yang berfungsi mendistribusikan barang dari Belawan ke Medan dan sebaliknya untuk selanjutnya di kirim kedaerah-daerah lainnya di sumatera utara bahkan keluar negeri kegiatan ini tentu sangat membutuhkan akses jalur yang cepat agar pengiriman barang dapat dilakukan tepat waktu.
Jalan Tol Belawan–Medan–Tanjung Morawa (disingkat Jalan Tol Belmera) adalah jalan tol di wilayah Sumatra Utara yang menghubungkan ketiga wilayah tersebut. Jalan tol ini merupakan satu-satunya yang dikelola Jasa Marga di luar Jawa. Dibangun oleh kontraktor Takenaka Nippo Hutama dan konsultan Jepang PCI (Pacific Consultant International) Jalan tol ini mulai beroperasi pada 1986. Dengan bentangan sekitar 34 kilometer dan 2×2 lajur, jalan tol ini menghubungkan Pelabuhan Belawan ke Medan dan Tanjung Morawa, sehingga dikenal dengan nama singkatan Belmera.
Akibat pembangunan jalan Tol Belmerah, terimbas pula kepada keberadaan Masjid Al-Istiqomah atas musyawarah pengurus dan pihak Jasamarga akhirnya Masjid Al-Istiqomah dipindahkan kearah timur yang letaknya di tempat yang sekarang ini yakni tanah milik Bapak Trubus dengan luas ukuran 15 m x 15 m , seluruh biaya pembelian tanah dan pembangunan sepenuhnya ditanggung oleh pihak Jasamarga. Pembangunan masjid Al-istiqomah dimulai tahun 1980 dan selesai pada tahun 1981 dan pada hari jumat tanggal 25 Desember 1981 dilaksanakan peresmian Masjid Al-Istiqomah oleh Bapak Walikota Medan Bapak H. Agus Salim rangkuti serta dihadiri juga dari pihak Jasamarga, sekaligus pelaksanakan sholat jumat perdana.
Dalam acara peresmian tersebut dilaksanakan pengguntingan pita dan pengumandangan azan Masyarakat begitu antusias serta bangga dengan berdirinya Masjid dipasar IV kampung lingkungan V kelurahan Mabar Hilir.
Semakin hari kegiatan peribadatan di Masjid Al-Istiqomah semakin semarak, seiring bertambahnya jumlah penduduk akibat pembangunan dan perluasan Kawasan Industri Medan. Banyak imigran dari daerah lain yang melakukan urbanisasi di daerah Medan Deli sekaligus mencari tempat kos / pemukiman di daerah kelurahan Mabar Hilir. Faktor ini menjadikan kelurahan Mabar hilir banyak dihuni kaum pendatang danmereka tinggal menetap, diantara pendatang tersebut banyak yang beragama Islam sehingga ketika pelaksanaan sholat jumat jamaah begitu banyak hingga sampai keluar masjid. Melihat hal tersebut BKM Al-Istiqomah yang saat itu dijabat Bapak Muhammad Natsir bersama masyarakat mengadakan gotongroyong untuk membanguan dan merenovasi masjid yakni membangun Menara, melebarkan teras kanan dan kiri serta belakang ruang induk, merenovasi tempat wuduk dan memasang keramik.
Pada tanggal 28 Juli 2003 seorang dermawan bernama Hj. Asni dari Jogjakarta mewakafkan tanahnya seluas 512 m2 untuk perluasan Masjid Al-Istiqomah. Tanah tersebut terletak di sebelah timur dan berbatasan dengan Masjid.
Pada tahun 2003 bapak Muhammad Natsir menyerahkan jabatan ketua BKM kepada bapak Ngatiyo yang dinilai masih mudah dan energi. Bapak Ngatiyo menjabat sebagai ketua BKM masjid Al-Istiqomah dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 dan setelah itu dijabat kembali oleh bapak Muhammad Natsir sampai tahun 2011 sampai diadakan pemilihan ketua BKM yang baru.
Pada tahun 2011 diadakan musyawarah pemilihan Ketua BKM yang baruhal ini mengingat Bapak Muhammad Natsir sudah tua dan beliau mengamanatkan untuk diadakan regenerasi kepemimpinan. Setelah diadakan musyawarah secara demokrasi terpilih menjadi ketua yang baru Bapak Suprayitno dengan sekretaris Bapak Suyono dan bendahara Bapak M. Erwin.
Tanggal 6 januari 2013 oleh pengurus baru dilakukan pengerjaan pembangunan dan renovasi Masjid dan dibangun dua tingkat dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Bapak Gatot Putjo Nugroho selaku Gubernur Provinsi Sumatera Utara dan juga dihadiri Bapak M. Taufik selaku anggota DPRD Sumut dari praksi PKS. Dalam kesempatan itu Bapak Gubernur memberikan sumbangan sebesar 10 juta rupiah.
Anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan Masjid Al-istiqomah Mabar Hilir sebesar 1,5 Milyar rupiah, sementara dana yang tersedia hanya 183 juta rupiah. Untuk menanggulangi kekurangan dana, masyarakat bergotongroyong dengan memberikan sumbangan sesuai kemampuan dan diambil setiap bulan oleh panitia yang diunjuk.
Pada tanggal 08 Pebruari 2015, hari jumat Wali kota Medan Bapak Zulmi Eldin memberikan bantuan sebesar 40 juta rupiah untuk penyelesaian pembanguan Masjid Al-Istiqomah di waktu yang sama terjadi pergantian pengurus BKM yang baru dan terpilih Bapak H. Eko Ariawan menggantikan pengurus BKM yang lama Bapak Suprayitno.
Dalam rangka percepatan dan penyelesaian pengurus terus mencari terobosan dalam mencari dukungan dana, alhamdullilah pada tahun 2018 Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara memberikan bantuan sebesar 75 juta rupiah melalui anggaran APBD. Walapun bantuan ini tidak begitu besar akan tetapi dapat membantu guna untuk penyeselesaian pembangunan bangunan induk masjid , kamar wuduk serta kamar mandi , teras dan tempat tinggal marbot / penjaga masjid , dimana awalnya sebahagian masyarakat sedikit meragukan kemampuan pengurus dalam menyelesaikan pembangunan masjid karena mengingat biaya yang harus disiapkan begitu besar. Akan tetapi , berkat doa dan usaha pengurus dan panitia serta dukungan masyarakat khususnya masyarakat lingkungan V kekhawatiran itu tidak terbukti dan pembangunan Masjid dapat dirampungkan dan dibutuhkan waktu kurang lebih 7 tahun untuk menyelesaikannya.
Setelah selesainya pembangunan ruang induk masjid , kamar wuduk serta kamar mandi , teras dan tempat tinggal marbot / penjaga masjid pengurus melaksanakan program selanjutnya yaitu pembangunan menara, gapura dan qubah empat sudut, pemagaran halaman masjid dan pemasangan paving blok serta pembangunan dan renovasi kamar mandi dan tempat wuduk luar sekaligus pemasangan canopy.
Pada tanggal 4 Pebruari Tahun 2018 dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan menara Masjid oleh Calon Gubernur Provinsi Sumut Bp. Edy Rahmayadi dan saat itu beliau memberikan sumbangan dana sebesar 50 juta rupiah serta keramik sebanyak 200 kotak.
Disamping itu perusahan Kawasan Industri Medan ( KIM ) ikut memberikan bantuan berupa faving blok untuk halaman masjid dan saat ini sudah terpasang.
Pada tahun 2020 telah selesai pembangunan menara, gapura dan pagar besi keliling dan selanjutnya tahun 2021 telah diselesaikan pembanguan dan renovasi kamar wuduk dan kamar mandi luar dibelakang menara yang ada saat ini, sementara pembuatan kubah empat sudut masih dalam pengerjaan.
Saat ini pengurus sedang giat-giatnya menyelesaikan pembangunan kubah empat sudut dan diharapkan akhir tahun 2023 dapat diselesaikan.
Inilah sekelumit sejarah tentang Masjid Al-Istiqomah Mabar Hilir yang dahulunya di sebut dengan Masjid kampung sekarang menjadi Masjid raya – yang dahulu dari surau sekarang menjadi Masjid .