Bahaya Komunis Atheis
Di setiap bulan September, kita selalu teringat atau diingatkan dengan sejarah kelam republik ini berupa adanya gerakan 30 September 1965 yang merupakan upaya pemberontakan gagal yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia.
Khutbah Jumat kali ini tidak hendak mengupas tentang sejarah tersebut. Namun hendak mengulas secara ringkas tentang apa itu komunisme dan atheisme serta bahayanya terhadap agama dan bangsa ini.
Bila mengacu kepada berbagai literatur yang membahas tentang komunisme, secara sederhana bisa dikatakan bahwa komunisme adalah ideologi ekonomi dan politik yang mencita-citakan untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas, menghilangkan kepemilikan individu atas properti dan alat-alat produksi atau kepemilikan alat-alat produksi sangat dibatasi.
Alat produksi dimiliki secara komunal dan diatur serta dikelola oleh negara. Dengan kata lain, negara komunis yang menjalankan sistem komunal atau kepemilikan bersama dalam alat produksi.
Alat produksi di sini misalnya lahan perkebunan, pertanian, mesin industri dan sumber-sumber daya alam. Pada intinya alat produksi adalah segala sumber daya untuk menghasilkan barang.
Komunisme dibangun di atas keyakinan atau pandangan bahwa masyarakat dapat mencapai kesetaraan dengan menghilangkan kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi tersebut, dan dikendalikan oleh negara.
Setiap individu akan menerima bagian dari manfaat yang diperoleh dari kerja bersama berdasarkan kebutuhan mereka. Tokoh yang pertama kali mengungkapkan gagasan ini adalah filosof Jerman Friedrich Engels dan Karl Marx dalam Manifesto Partai Komunis tahun 1848.
Bila komunisme adalah idiologi ekonomi dan politik, lantas mengapa orang-orang komunis cenderung untuk menjadi atheis dalam artian tidak meyakini keberadaan Tuhan atau bahkan anti Tuhan dan juga anti agama?
Perlu dipahami bahwa komunisme itu berbasiskan ajaran filsafat materialisme historis, yaitu paham kebendaan berdasarkan sejarah. Komunisme bertitik tolak dari kenyataan-kenyataan obyektif, bukan pandangan-pandangan subyektif. Oleh karenanya, di negara yang menganut komunisme, nyaris tak ada ruang gerak bagi agama.
Dalam perkembangan komunisme di kemudian hari, pemberlakuan sistem komunisme yang meniadakan kepemilikan pribadi bertentangan dengan ajaran agama yang sudah berakar kuat dalam keyakinan masyarakat yang mengakui adanya kepemilikian individu atau pribadi.
Dalam pandangan Karl Marx, keyakinan agama yang sudah menghunjam kuat dalam kesadaran masyarakat inilah yang disebut dengan “Agama itu sudah menjadi seperti candu masyarakat.”
Ajaran agama dikhawatirkan bisa mempengaruhi sistem sosial ekonomi, misalnya sistem kepemilikan dan distribusi. Pada titik inilah agama dianggap sebagai rival atau bahkan ancaman bagi komunisme